Popular Posts
Merantau Belajar dan Tante Delia Bag 7
Kulihat jam dinding,
pukul 05.17. Ah , sudah pagi, aku harus siap-siap. Tapi Tante ini.. Tante
memandangku, tersenyum, seperti biasa : manis. “Punyamu udah keras, To” Buah
dada itu menyembul karena terpepet dadaku. Aku terangsang. Langsung saja aku
raih buah indah itu. Putingnya sudah keras. Kami berpagutan. Aku ingin tahu
kesiapan Tante pagi ini, tanganku ke bawah sana. Sudah basah rupanya. Mengingat
waktu, aku ingin segera mulai. Tantepun paham. Kembali aku melakukan
‘pertempuran’ panjang melawan Tante. Rasanya jalan ke puncak masih lama. Aku
mempercepat “pompaan”ku Belum juga. Aku terus melumat bibir Tante, mencegah
“kicauan”nya yang makin keras, khawatir terdengar Mar yang sangat mungkin sudah
bangun. Ganti posisi Percepat lagi. Hampir Ubah posisi Akhirnya, aku makin
yakin seperti yang Tante katakan, bahwa aku lelaki tulen, jantan, hebat…. Pagi
yang melelahkan sekaligus menyegarkan……! Tante memberikan bukti, bukan hanya
janji.
Kami bersetubuh
hampir tiap hari, kecuali kalau Tante senam. Waktu yang dipilihnya adalah siang
hari, waktu saya baru pulang sekolah, di kamarku. Ini demi keamanan. Siang hari
adalah saat yang paling aman. Saat Si Mar sedang sibuk bekerja di belakang, Si
Luki bermain dengan pengasuhnya di rumah sebelah, dan saat Oom Ton belum pulang
kantor. Siang hari memberikan Tante cukup waktu untuk membersihkan diri,
menghilangkan “bekas”. Aku jauh dari bosan, seperti yang dikhawatirkan Tante.
Karena aku memang sangat menikmati hubungan ini. Faktor lain yang membuat aku
tak bosan adalah kreativitas Tante. Seperti yang kukemukakan di awal tulisan
ini, ada saja ide Tante untuk membuat kejutan untukku setiap berhubungan
kelamin. Entah itu posisi berhubungan, atau acara “pembukaan”, tambahan ronde,
dan lain-lain yang membuat aku merasa “lain”. Pernah sekali waktu ketika aku
pulang sekolah, ia sudah siap di dipanku memakai selimutku sebatas dada dan tak
memakai apa-apa lagi di balik selimut itu. Kejutan yang membuatku “terbakar”.
Lain kali lagi ia memintaku “masuk” dari belakang. Bertumpu pada lututnya ia
‘nungging’, aku bermain sambil memegangi pantatnya yang bahenol itu. Saat yang
lain lagi, kami ‘bertempur’ di atas meja belajarku. Ia duduk di pinggiran meja
membuka kaki, aku ‘masuk’ sambil tetap berdiri. Pernah juga di kursi belajarku.
Aku duduk di kursi yang dirapatkan ke dinding, ia duduk di atas pahaku
berhadapan. Dengan posisi begini ia bebas “memilih” posisi tusukan kelaminku di
vaginanya. Posisi atau gaya apapun, yang jelas membuat kami berdua menuju
puncak bersamaan atau hampir berbarengan. Kejutan yang susah kulupakan serta
merupakan pengalaman baru bagiku adalah seperti yang akan kuceritakan di bawah
ini. Seperti yang sudah-sudah, pulang sekolah setelah ganti baju, aku langsung
menemui Tante meminta “jatah” bersetubuh. Aku sebut jatah karena kalau malam
hari Tante bukan milikku lagi, tapi jatah suaminya. Siang itu ruang tengah
sepi, Tante mungkin ada di kamarnya, kulihat pintunya sedikit terbuka. Aku
ingin masuk ke kamarnya, kali ini aku ingin main di kamarnya, karena sejak
“semalam 3 ronde” itu aku tak pernah lagi making love di kamar itu, selalu di
kamarku.
Kuperiksa keadaan
sekeliling dulu. Aman. Aku masuk kamarnya. Tante mengenakan kimono sedang
mengikat rambutnya. Kukunci pintu, kupeluk Tante dari belakang, menggerayangi.
Tak ada apa-apa lagi di balik kimono itu. “Hhmmmmm..sebentar ya ‘yang, Tante
mau mandi dulu” “Engga usah mandi juga Tante tetap wangi” kataku terus
menjelajahi tubuhnya. “Entar biar segar. Sabar dulu ya..” Aku menghentikan
aksiku. “Saya ikut mandi Tante” kataku bercanda. “Ayolah, kita mandi bareng”
Tak kusangka Tante menganggapnya serius. Ayo, kalau begitu. Aku langsung
bertelanjang, menuntun Tante memasuku kamar mandi. Tante membuka kimononya,
bertelanjang bulat juga, masuk ke ruang douce. Tak bosan-bosannya aku
memandangi tubuh indah ini, padahal hampir tiap siang aku menggumulinya. “Ayo,
To” ajaknya. “Kita main di sini Tante ?” nakalku timbul. “Hush, sekarang kita
mandi dulu, kapan-kapan bolehlah” Tanganku yang bersabun menggosoki dadanya. Di
bagian putting sengaja kutekan-tekan. Tante juga menggosok dadaku dengan sabun.
Lalu perutnya, dan ke bawah lagi. Tangan Tante juga ke bawah. Diusapnya dengan
sabun ‘rambut’ bawahku, kemudian dipegangnya batang kelaminku, digosok juga.
Karuan saja batang itu membesar. “Hiiiiii, bangunnya cepet bener” Aku menikmati
gosokannya. Tante benar-benar teliti, semua bagian dari alat vitalku itu
dibersihkan dengan sabun lalu diguyur. Enak. Aku ikut-ikutan. Seluruh bagian
kelaminnya aku bersihkan. Kalau aku lagi menggosok “pintu” kelaminnya, kulihat
mata Tante merem-melek keenakan. Selesai mengeringkan badan aku langsung
menubruk Tante. “Heee, jangan disini To, ingat dong” Oh ya. Siang begini
terkadang si Luki suka masuk ke kamar, tentu diikuti si Tinah. Berbahaya. Aku
berpakaian, hanya pakaian luar saja, pakaian dalam aku bawa, menyingkat waktu.
“Hiiiii, lucu.” kata Tante mengomentari tonjolan di celanaku. Tantepun hanya
memakai daster, tanpa pakaian dalam.
Aku masuk kamarku
duluan, langsung berbugil. Sejurus kemudian Tante menyusul, juga langsung
bertelanjang bulat. Kami langsung bersatu, saling raba dan saling pagut. Kali
ini mungkin tak ada kejutan yang dibuat Tante. Atau ya itu tadi, mandi dulu
sebelum main. Betul juga kata Tante, lebih segar. Aku meringkik kegelian ketika
Tante menciumi pusarku. Ini mungkin kejutannya, tak biasanya Tante begitu.
Tapi, Tante terus ke bawah menciumi ‘rambut’ku. Lebih kaget lagi, tangannya
menggenggam kelaminku dan mulai menciumi barang yang sudah mengeras itu! Bukan
main! Geli-geli nikmat. Bahkan.. “Aaaaaaaahhhh” aku mengerang ketika kepala
penisku dimasukkan ke mulutnya! Luar biasa nikmatnya. Ini rupanya mengapa Tante
begitu teliti membersihkan kelaminku waktu mandi tadi. “Tante…” Tante seolah
tak mendengar panggilanku, terus saja asyik melahap barangku. Tante sanggup
memasukkan barang itu hingga separohnya. Sewaktu di dalam, jelas kurasakan
lidah Tante ikut bermain menggelitiki penisku. Woooow sedapnya tak terkira .!
Sungguh ini pengalaman baru bagiku. Nikmatnya terasa lain. Entah apa yang
dirasakan oleh Tante. Kok mau-maunya ia melakukan ini. Aku sih keenakan. Aku
perhatikan bagaimana ia sibuk mengeluarkan-memasukkan penisku, kepalanya
naik-turun berirama. “Aaaahhhhhhh…hhmmmmmmmm…ssssshhhhhhhh..sed ap, .. Tante.,
…Tante..pintar .sekali…” celotehku menahan nikmat. Bagaimana nanti kalau aku
tak mampu menahan diri ? Masa aku menyemprotkan spermaku ke mulut Tante ? Ah,
bagaimana nanti saja, yang penting sekarang….sedaaaaaaaaaap. Tiba-tiba Tante
melepas “makanan”nya, disapunya barangku dengan kain dasternya yang tergeletak
di dipan. Aku merasa kehilangan sesuatu. Dikeringkan. Lalu…dikulum lagi…!
Nikmaaaaat.. Dilepaskannya lagi, barangkali mau dilap lagi. Ternyata tidak,
badannya digeser sehingga kaki Tante berpindah ke arah kepalaku. “To, .. ayo
cium, To..”katanya terengah. Sejenak aku bengong tak mengerti permintaannya.
“Kamu cium ini…” katanya kemudian sambil menunjuk ke selangkangannya. Okey,
Tante, toh aku sudah sering mencium ‘rambut-rambut’ halusmu itu. Aku mulai mencium.
“Ke bawah lagi, dong To..” Ke bawah ? berarti disitunya ? Hal baru, kenapa
tidak ? Kucium tonjolan kecil yang sudah keras itu. Asin rasanya.
“Aaaaaaaahhhhhhhh, sedap To, terus…”
Kini lidahku yang
menyapu-nyapu pintu dan tonjolan tadi “Yaaaahhh. yaaaaaa…begitu enak…” katanya
sambil mulutnya menyergap lagi batang kelaminku. Ada cairan yang asin rasanya.
Di kemudian hari aku baru tahu bahwa yang sedang aku dan Tante lakukan sekarang
ini namanya “posisi 69″ Dalam mengulum ini Tante pintar sekali, banyak
variasinya. Keluar-masuk, kadang menyedot-nyedot, bermain lidah, sesekali
menggigit (aku langsung teriak). Akupun diajarinya bermain. Menggelitik
‘lubang’ dengan lidahku, menggigit kelentitnya (pelan, tentu saja), menyapu
bibirku ke “bibir”nya. Asyik juga bermain seperti ini. Masing-masing sibuk,
masing-masing merasakan nikmatnya. Entah sudah berapa lama kami bermain begini.
Untung saja aku berhasil menahan diri untuk tidak keluar. Aku sekarang memiliki
ketrampilan baru untuk mengontrol diri, mengatur diri kapan saatnya ‘keluar’.
Kalau tidak, masa aku menyiram mulut Tante dengan maniku. Sampai akhirnya….
“Ayo, To….sekarang.To….” Aku memutar tubuhku, sementara Tante rebah terlentang
membuka kakinya, siap menerima tusukanku. Aku masuk dengan gemas. Tante menerima
dengan antusias. Untuk kesekian kalinya kami saling menggenjot. Bersama menuju
puncak. Berbarengan menggelepar. Sudah itu Sama-sama lemas Sama-sama puas.
Oh, betapa
bahagianya aku. Kebutuhan lahir dan batin terpenuhi. Kurang apa lagi ? *** Tak
ada yang kurang pada diri Tante. Cantik, putih, tubuh bagus, permainan di
tempat tidur luar biasa, dan kreatif. Kreativitas Tante tercermin dari cara
bersetubuh. Ada saja yang dilakukannya yang membuatku merasa bersetubuh dengan
orang baru. Selalu ada hal baru dalam setiap permainannya. Sejak Tante
memperkenalkan “posisi 69″, aku selalu minta dikulum penisku sebagai acara
pembukaan. Tante juga amat menikmati permainan lidahku di vaginannya. Seperti
biasa sepulang sekolah aku mendekati Tante untuk melaksanakan ‘tugas’ rutin,
bersetubuh. Aku sudah membuka resleting celanaku, mengeluarkan penisku yang
tegang di dekat Tante yang sedang duduk di tepi ranjang, masih berpakaian
lengkap, di kamar Tante yang sudah kukunci. Yah, semacam pemberitahuan bahwa
aku sudah siap. Tapi tante menyambut dengan dingin, tak seperti biasanya. Ia
hanya mengelus-elus. Ketika dengan kurang ajar aku mendekatkan kelaminku ke
mulutnya, ia hanya mengecup lembut kepalanya, tidak dikulum seperti biasanya,
paling-paling hanya menggenggam. “Tante engga bisa sekarang, To” “Kenapa Tante
?” “Tante lagi …itu..” “Lagi apa, Tante ?” “Lagi mens.” “Mens ? Apa itu Tante
?” “Kamu engga tahu ?” “Bener, Tante. Saya sungguh engga tahu” Memang aku tidak
tahu. “Begini, setiap bulan wanita yang sudah dewasa mengalami masa menstruasi.
Wanita yang normal
pasti mengalami” Lalu Tante memberiku kuliah tentang menstruasi itu. Bahkan
ditunjukkannya kepadaku celana dalamnya yang berbalut itu. “Kalau begitu, besok
saja ya, Tante” pertanyaan bodoh memang. “Engga bisa To. Masa mens biasanya
sekitar seminggu. Tapi kalau Tante sekitar 4 – 5 hari.” Wah, menunggu 4 – 5
hari, mana tahan ? “Tapi Tante, saya ingin …” “Engga, To. Sabar aja ya, yang…”
Aduh, pusing juga aku, keinginan sudah sampai ke kepala. “Bagaimana kalau
begini saja Tante..” Kataku sambil menempelkan penisku ke bibir Tante, minta
dikulum. “Engga bisa juga, To. Itu namanya kamu egois. Kamu bisa puas, tapi
kalau Tante terangsang, gimana ?” Benar juga kata Tante. “Maafkan saya, Tante.
Saya sungguh-sungguh belum tahu” kataku sambil memeluknya dengan mesra. “Engga
apa-apa, To. Tante maklum” Dimasukkannya penisku, celana dalamku dibetulkan
letaknya, lalu ditutupnya resleting celanaku. Mesra sekali. “Awas, ya. Jangan
cari sasaran lain” katanya. Kucium kedua belah pipi Tante, dengan mesra juga.
“Engga dong, Tante. Emangnya apaan.” Ternyata ada yang belum aku ketahui
tentang wanita Sekarang masalahku, mana bisa aku menunggu 4 – 5 hari tanpa
bersetubuh, setelah hampir tiap hari menikmati. Pulang sekolah agak kaget aku
mendapati Tante duduk di sofa, membaca. Kucium pipinya. “Engga senam, ‘yang ?”
“Engga, lagi banyak-banyaknya” “Apanya yang banyak ?” “Ah, kamu. Ya mens-nya”
Aku mengerti. Tapi berarti hilang juga kesempatanku siang ini menyatroni mBak
Mar. Paling tidak aku harus menunggu 2 hari lagi, jadwal senam Tante
berikutnya, atau menunggu sampai Tante “bersih”.
Malamnya,
terkantuk-kantuk aku menunggu Oom Ton dan Tante masuk kamar. Pukul 10.15 mereka
masih asyik menonton TV. Aku masuk kamar duluan, gelisah. Setengah jam berikutnya
kudengar TV dimatikan, lampu tengah juga, lalu kudengar suara pintu ditutup dan
dikunci. *** Sengaja aku datang ke sekolah lebih pagi. Hari in ada ulangan
Fisika dan aku merasa belum siap. Di rumah aku tak bisa konsentrasi belajar,
ingatanku ke Tante melulu. Apalagi sekarang udah beberapa hari aku tak
bersetubuh, pusing aku, mana bisa belajar di rumah. Pagi ini kesempatan
terakhirku untuk belajar Fisika menghadapi ulangan nanti. Belum banyak kawan
yang datang, cuma ada Tono, Edi dan Rika yang lagi ngrumpi. Dito belum nongol.
Aku ambil bangku paling belakang, mojok, lalu mencoba berkonsentrasi.
Lumayanlah dalam setengah jam aku bisa memecahkan soal-soal yang kuperkirakan
akan keluar nanti. Juga beberapa rumus sempat “masuk’ ke otakku, sampai
seseorang datang menghampiriku dengan senyuman yang amat manis. Yuli memang
manis, apalagi kalau senyum. Masih ingat dengan Yuli, pembaca ? Yuli teman
sekelasku yang kugambarkan badannya biasa-biasa saja, dadanya menonjol wajar
dan wajahnya manis. Akhir-akhir ini kami makin akrab, sebatas dalam pelajaran
lho! Sering saling meminjam buku catatan, diskusi soal-soal PR, atau cuma
ngomongin guru-guru. Makin dekat kurasakan Yuli makin menarik, dadanya makin
menonjol aja. Aku sudah berada di pelukan Tante sih, jadi aku kurang
memperhatikan Yuli. Entah ini hanya ge-er saja, kulihat Yuli begitu ceria kalau
berdekatan denganku. “Rajin bener. belajar Fisika ya..?” tegurnya sambil duduk
di sebelah kananku. “Ah engga. Justru karena aku males, baru sempet belajar
sekarang” sahutku “Pinjam catatan Matematiknya dong Tar” “Matematik ? Kan entar
ulangan Fisika” “Iyyaa. Tapi kemarin gua engga sempet nyatet jawaban soal
kemarin” Aku ulurkan buku Matematik, sambil memgang tangannya. Yuli membiarkan
tanganku meremas tangannya, meskipun kemudian dia tarik tangannya, without any
words. Tanda “penerimaan”. Tangannya halus bener .. Lalu dia dengan serius
memelototi catatanku itu. Anak ini memang serius banget kalau belajar. Mataku
tak lepas memperhatikannya.
Dia mungkin tahu aku
melihatnya, tapi pura-pura tidak tahu. Ah .. Ini dia. Di sela-sela kancing
bajunya, aku sempat “mencuri” keindahan sebelah buah yang tumbuh di dadanya.
Hanya sedikit sih, tapi cukup membuatku “berdiri”. Apalagi daging itu terlihat
sedikit naik-turun seirama tarikan nafasnya. Ah seandainya ..khayalanku
melayang tinggi. Kuperiksa keadaan sekeliling. Masih sepi, memang masih pagi
sih. Hanya ada 2 kawan yang tadi, lagi asyik menulis. Sekaranglah waktunya! Toh
2 teman tadi menghadap ke depan kelas, tak akan melihat bila aku “menggarap”
Yuli. Segera saja tangan kananku merangkul bahu Yuli. Tak ada reaksi. Aksi
kuteruskan dengan memegang dagu dan menariknya. Mata Yuli sedikit membelalak,
agak kaget mungkin, tapi tak ada tanda-tanda penolakan. Ah. bibir merah
membasah yang menggairahkan. Kucium bibirnya. Dan … Yuli membalas ganas
ciumanku..! Tanganku mulai membuka kancing baju putih itu, lalu empat jariku
menyusup ke balik BH-nya. Halus, padat, dan lumayan besar. Aku meremas. Yuli
melenguh. Jariku mencari-cari putingnya. Mengeras. Tangannya kepangkuanku.
Meremas juga. Sambil masih berciuman, aku melirik dua temanku tadi, mereka
masih tak acuh sibuk sendiri. Aman! Bibirku menelusuri lehernya yang licin,
terus kebawah. Kancing bajunya sudah terbuka semuanya. Kulepas baju seragamnya,
lalu kudorong Yuli hingga rebah di bangku sekolah! Aku menindihnya hingga tubuh
kami “lenyap” dari pandangan teman-teman tadi kalau mereka menengok ke
belakang. Kuciumi habis-habisan kedua bukit perawan itu. Aku yakin bukit kembar
ini belum tersentuh oleh “pendaki” manapun. Keras, dan padat. Aku tak sanggup
menahan lagi. Walaupun pakaianku masih lengkap nempel di badan, tapi meriamku
sudah nongol tegak dari rits celana, siap.
Kusingkap rok
abu-abu itu jauh-jauh ke atas. Kupelorotkan celana dalam krem-nya… Amboi …
bulu-bulu halus, merata di seluruh permukaan kewanitaanya.. Luar biasa.. Masa
aku kerjain di sini, di kelas ? Biar saja. Kalau nanti ketangkap basah gimana ?
Peduli amat. Kalau sudah begini, mana bisa “delay”, apalagi “cancel”. Lagi pula
Yuli sudah merintih-rintih sambil membuka pahanya agak lebar. We got the point
no return! Mulai sekarang ? Ya, tunggu apa lagi. BH-nya masih nempel. Biar
saja, tak ada waktu lagi. Kutempatkan penisku ke “tempat yang layak”.
Menyapu-nyapu sebentar di seputar pintu-basahnya, lalu mulai menusuk.
“Uuuuhhhhhh ..” Yuli melenguh. Mentok. Padahal baru “kepala”ku yang tenggelam.
Tusuk lagi dengan menambah tekanan. “Aaaahhhhh .pelan ..pelan ..sakiiit…”
Desahnya pelan dan terbata-bata. Buset! Susah bener. Vagina yang satu ini sempit
benar. Apa betul, Yuli masih perawan .? Mungkin juga. Sebab biasanya kalau sama
Tante Delia tusukan begini sudah mampu mencapai “dasar”. Aku tusuk lagi lebih
kuat, bahkan sekuat tenagaku. Dan ….. “Heh! ngelamun aja!”kudengar suara agak
membentak. Suara Yuli! Aku tersadar. Aku kembali ke alam nyata. Kembali dari
lamunan nakal. Lamunan bersetubuh dengan gadis yang duduk di sebelahku ini.
Gadis yang baru saja mengagetanku! Ah.sialan. Kenapa aku begini ? Gara-gara
mengintip sedikit buah Yuli, aku jadi melayang.. *** Hari berikutnya aku kurang
beruntung. Tante ada di rumah mengajakku ngobrol. Hanya ngobrol. Sayang sekali
tubuh molek ini belum bisa “dipakai”. Sembulan dada bagian atas Tante dan
sedikit belahannya cukup membuatku kepingin. “Tante…” panggilku dengan suara
serak” “Hmm ?” “Saya pengin, Tante” “Kamu itu, engga sabaran, engga pernah
puas” “Bukan begitu, Tante. Saya puas, puas sekali. Cuma ketagihan, habis enak
sih. Udah biasa setiap hari…” “Sabar, dong” katanya sambil menggenggam
selangkanganku. “Eh, udah keras..” katanya lagi. “Iya, Tante. Saya siap setiap
saat” kataku meniru iklan “Dasar…….! Dua hari lagi” “Lama bener..” Besok
siangnya lagi, ada kejutan baru untukku. Tidak bersetubuh sih, tapi
menyenangkan. Tante sedang duduk di sofa menyulam. Begitu datang aku langsung
menyingkirkan kain sulamannya, lalu kucium pipi dan kemudian bibirnya. Aku
langsung tahu bahwa dibalik gaun merah jambu, warna kesukaannya, Tante tak
memakai BH. “Mandi dulu sana, To” “Udah bisa, Tante ?” tanyaku cerah. “Ih,
kesitu aja pikiranmu. Belum, belum bersih” jawabnya sambil menuntun tanganku ke
bawah perutnya. Masih ada pembalut di sana. “Jadi, gimana dong Tante” kuremas
dadanya yang tak berkutang. “Pokoknya kamu mandi dulu” Aku mandi dan mengganti
baju dengan penuh harap, barangkali ada kreativitas baru dari Tante. Aku keluar
kamar. Ini dia kejutannya. Tante masih duduk di situ, hanya kancing gaunnya
telah dibuka sampai perut, mempertontonkan sepasang buah dada yang mengagumkan.
Luar biasa. Berani
benar Tante ini, bertelanjang dada di ruang tengah. Jelas belum bisa
bersetubuh, tapi kelakuan Tante ini menandakan ada permainan apa lagi nih.
Langsung saja kuserbu buah dada itu. “Eeeeehhhhmmmmmm” Dengan gemasnya aku
mengacak-acak buah indah itu dengan mulut dan tanganku. Belum puas aku bermain
dengan dada, Tante mendorongku sampai aku berdiri di depannya. Lalu.Tante
membuka kancing jeans-ku! “Tante… Si Mar nanti…..” “Engga ada, lagi pergi…”
Dibukanya resleting celanaku, diturunkannya celana dalamku, lalu dikeluarkannya
penisku yang langsung tegang, digenggam pangkalnya, terus diciumi ‘kepala’-nya,
lalu masuk mulutnya! Ooooohhh, nikmat sekali permainan baru ini. Suasana baru.
Bayangkan. Di ruang tengah, berdua masih berpakaian, aku hanya mengeluarkan
kelaminku, Tante mengulumnya dengan bertelanjang dada! Oh, indahnya dunia ini.
“Ooohhhhhhhhh, Tante, …sedaaaaappp.” Kepala Tante bergerak maju-mundur, sangat
perlahan. Terasa sekali bibirnya menjepit dan bergerak menelusuri permukaan
penisku. “Tante..Tante…enaaaaaaaak, Tante..” Tante terus saja. Tanganku
dituntun ke buah dadanya. Aku sampai lupa diri tak berbuat apa-apa pada Tante.
Habis sedap sekali sih! Kedua tanganku meremasi sepasang buah kenyal itu. Tante
terus bekerja. Geli, Tante…! Ya, geli. Aku hampir ke puncak. Entah mengapa kali
ini aku cepat mendaki. Mungkin karena pintarnya bibir dan lidah Tante merayapi
permukaan kulit kelaminku, atau karena suasana yang aneh ini. Aku tak mampu
menahan lebih lama lagi. Tante rupanya tahu kalau aku hampir sampai, ia
mempercepat gerakannya. Bagaimana kalau keluar, aku tak tega kalau sampai
menumpahi mulut Tante dengan spermaku. Segera..ya..segera sampai…. Dilepasnya
kulumannya, tangannya yang memegang sapu tangan secepat kilat menutupi
kelaminku dan digenggam. “Aaaaaaaaaahhhhhh” sambil berteriak aku muncrat.
Sedaaaaaaap. Tante meremas. Muncrat lagi, enak, meremas lagi, muncrat, nikmat,
remas, sedap, muncrat, remas…. Beberapa detik aku terbang, kakiku goyah, lalu
mendarat ditubuh Tante. Kucium mulutnya. Masih ada muncratan lagi, tertampung
di saputangan. Ada lagi, makin sedikit….. Beberapa saat aku masih menubruk
Tante, ia masih menggenggam dengan saputangan. “Terima kasih, Tante…” “Enak, To
?” “Sedaaaaaaap, Tante. Tapi lebih nikmat ke sini…” jawabku sambil memegang
benda yang masih berpembalut itu. “Masih pusing ?” “Hilang, Tante. Lepas
sudah…” Keteganganku memang lepas. “Tante sendiri, gimana dong, Tante ?” “Engga
apa-apa. Ini ‘kan cuma membantu kamu” Kupeluk lagi Tante lebih erat.
Aku makin sayang
saja sama Tanteku ini. “Terima kasih, Tante. Anto makin sayang sama Tante”
kataku jujur. “Sudah, cuci dulu sana. Ih, banyaknya….” “Iya, habis sudah tiga
hari engga keluar.”. *** Sejak peristiwa ‘penguluman di ruang tengah’ kemarin
itu aku jadi makin berani ‘kurang ajar’ kepada Tante. Seperti siang ini. Waktu
Tante sedang duduk membaca di ruang tengah, aku mendekatinya dari belakang
dengan kelaminku sudah kukeluarkan, terjulur kutempelkan di pipi Tante. “He,
ngawur kamu.!” Tante kaget. Ditariknya punyaku. “Aauuu” aku teriak. “Masukkin,
engga aman!” “Iya Tante, saya tahu. Cuma bercanda” Di hari berikutnya Tante
membalas. Sewaktu aku sedang makan siang sendiri, Tante mendekatiku, sangat
dekat sehingga perutnya hanya berjarak beberapa senti dari pipiku. Kucium bawah
perutnya. Lalu Tante meraih tanganku, dimasukkan ke balik gaunnya, langsung
vaginanya terpegang. Tak ada celana dalam di balik gaun Tante. “Sudah bersih,
Tante ?” “Sudah..” Kuangkat gaun itu sehingga ‘rambut’ yang menggemaskan itu
nampak. Aku langsung tegang, berarti siang ini bisa. Aku langsung berdiri
meninggalkan makanku, memeluknya. “Tunggu dulu” kata Tante sambil mendorongku
terduduk kembali. “Kali ini Oommu dulu, ya..” Katanya sambil meninggalkanku
masuk ke kamarnya. Kurang ajar! Oom Ton ada di kamar. Seharusnya aku tahu,
mobilnya ada di garasi. Tante masih sempat melihatku sambil tersenyum, sebelum
ia mengunci kamar. Aku makin tegang ketika setengah jam kemudian lamat-lamat
mendengar suara erangan Tante dari kamar.. Aku masuk kamar, tak tahan di situ.
Tante sudah selesai mens-nya, seharusnya siang ini ia milikku. Tapi Oom Ton
merebutnya. Merebut ? Memang Oom Ton pemilik sah. Aku gagal mencoba
berkonsentrasi membaca Fisika, besok ulangan. Bayangan Tante disetubuhi
suaminya yang muncul. Ah, sialan.. Setelah mencoba menyadari posisiku, aku jadi
agak tenang. Aku ‘kan hanya kemenakannya yang dibantu, lahir dan batin, kenapa
musti sewot ? Kelaminku mulai surut. Tapi itu tak lama. Tiba-tiba Tante masuk,
langsung mengunci pintu kamarku. Disodorkan buah dadanya ke mulutku. Buah itu
masih berkeringat, juga wajahnya. Tak peduli. Aku serbu dada itu, masih duduk
di kursi belajarku. Kelaminku langsung membesar lagi.
Tante
dengan tergopoh-gopoh membuka resleting celanaku, mengeluarkan isinya yang
sudah keras menjulang. Ia melangkah naik ke pahaku. Mengarahkan kelaminku ke
vaginanya, dan….blessss aku langsung masuk…! Gila! Tanpa pemanasan dulu Tante
langsung main. Di kursi lagi. Untung aku cepat siap. Jadilah kami ‘berkudaan’
di kursi. Tante semangat sekali nampaknya. Dengan posisi berpangku berhadapan
ia di atas, Tante leluasa mengeksplorasi penisku. Aku lebih pasif. Hanya
kadang-kadang saja menusuk, soalnya berat, harus mengangkat tubuhnya dengan
pinggulku. Edan! Setengah jam yang lalu aku mendengar Tante mengerang di
kamarnya bersama Oom Ton, sekarang ia berkudaan denganku, sementara suaminya
(mungkin) sedang pulas di kamar sebelah! Seakan ia tak ada puasnya. Atau
jangan-jangan ia belum puas dengan suaminya lantas melanjutkan di sini ? Hanya
Tante yang tahu. Betapa trampilnya ia menggenjot. Vaginanya begitu menjepit dan
mengurut penisku, berulang-ulang. Begitu rupa ia menstimulasi kelaminku,
membuat aku cepat naik. Geli sekali. Makin cepat dia, makin geli aku. Tiba-tiba
tangannya mencekram kepalaku kuat sekali. Tubuhnya bergetar hebat, mengejang.
Di dalam sana berdenyut-denyut. Bahuku digigitnya. Getaran tubuhnya makin
hebat, lalu mendadak berhenti menggenjot. Mengerang. Tante sedang melayang di
puncak.. Akupun hampir sampai. Aku sekarang yang menggenjot. Tante teriak.
Vaginanya menjepitku teratur menandakan Tante telah orgasme. Aku tak peduli,
sebab aku belum, cuma hampir sampai, terus menggenjot. Tante masih mencekeram
erat, secara pasif mengikuti gerakan tusukanku yang naik-turun, lalu…akupun
mengejang, melepas. Heran, Tante mengerang lagi, seharusnya aku yang teriak.
Tante ikut menikmati ejakulasiku. Sejurus kemudian kami diam, masih berpelukan,
Tante belum mencabut. Hanya nafas kami berdua yang masih berkejaran. “Tante
hebat…” aku membuka percakapan “Apanya yang hebat, justru kamu yang hebat.
Tante tadi ‘kan duluan” “Ah, kita hampir bersamaan kok tadi” “Jadi apa maksudmu
hebat” “Tante bisa dua kali berturutan” “Ooh itu, engga juga sih..” “Tadi saya
mendengar, waktu Tante sama Oom” “Ah, masa.?” “Iya, Tante mengerang, saya jadi
ngiri.” “Kan kamu dapat juga” “Itulah makanya Tante bisa dua kali” “Kamu juga
bisa dua kali, waktu malam itu.” “Iya, tapi ‘kan ada jarak waktu” “Sebenarnya
Tante tadi cuma sekali” “Yang benar, Tante. Barusan Tante ‘kan sampai puncak..”
“Iya. Cuma itu. Sama kamu” “Tadi sama Oom..” aku mulai menyelidik tentan
hubungan Oom dan Tanteku ini. Tante diam saja. “Kok diam, Tante” aku
benar-benar ingin tahu. “Ini kan masalah Tante dengan Oom-mu, rahasia dong”
“Please, Tante, cerita dong. Tante kan isteri ku juga” buah dadanya kucium,
putingnya masih keras. “Kamu engga usah tahu” “Ayolah, Tante” Tante diam lagi
agak lama. Lalu…. “Sama Oommu Tante belum sampai …..” Kaget juga aku. Jadi, tak
berhasil orgasme dengan suaminya lalu melanjutkan denganku. “Ah masa, Tante”
“Itulah kenyataannya, To. Oom-mu engga bisa memuaskan Tante” Mungkin inilah
sebabnya, Tante tiap siang tak menolak aku setubuhi, bahkan menikmati.
“Pantesan……” “Pantesan apa ?” tanya Tante “Tadi Tante langsung masuk, engga
pemanasan dulu” “Tante tadi senewen, To.
Tags: cerita dewasa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Share your views...
5 Respones to "Merantau Belajar dan Tante Delia Bag 7"
Pijat pasutri dan wanita di bdg tenaga pria manis bersih melayani pjt kebugaran,sensua ,3s atau donor sperma silahkan.hub 0859 7422 0700
http://berutahits12.blogspot.com/2017/06/taipanqq-bila-terbukti-waras-vm-yang.html
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
June 6, 2017 at 6:35 PM
http://koran777.blogspot.com/2017/06/taipanqq-ini-upaya-polri-pulangkan.html
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
June 6, 2017 at 6:52 PM
KAMI MEMANG BUKAN YANG TERBESAR TAPI KAMI BISA DIPERCAYA..
WWW.BOLAPELANGI.COM Adalah bandar taruhan dengan pasaran terbaik di Indonesia. Cukup dengan 1 id kamu bisa bermain untuk semua jenis permainan yaitu :
**SPORTBOOKS
**CASINO LIVE
**GAME SLOT
**TOGEL ONLINE
**TANGKAS
**DOMINOQQ
**BANDARQ
**BANDAR POKER
**POKER
**CAPSA SUSUN
**ADU Q
Dapatkan juga bonus dan promo menarik dari kami yang antara lain :
* Cashback Terbesar Di asia *
* Rollingan Casino Terbesar *
* Bonus Refferal Seumur Hidup *
* Discount Full Togel (2d = 29.5% , 3d = 59.5% , 4d = 66%) *
Kami memprioritaskan keamanan & kenyamanan serta membantu memberikan yang terbaik bagi member kami.
Info lebih jelas silahkan hubungi kami melalui :
* Livechat BolaPelangi *
* BBM : D621F946 (BELLA) *
* WHATSAPP : +855963551436 (BELLA) *
* LINE : BOLAPELANGI (BELLA) *
* TWITTER : @csbolapelangi *
* INSTAGRAM : Bellacsbolapelangi *
http://beritamenarikbolapelangi.blogspot.com/2017/06/kembali-ke-camp-nou-abidal-jadi-duta.html
http://beritamenarikbolapelangi.blogspot.com/2017/06/messi-terbaik-dunia-sehingga-ronaldo.html
June 16, 2017 at 4:45 PM
http://taipansport.blogspot.com/2017/07/taipanqq-guardiola-messi-bisa-buat.html
Kami tantang para bos semua yang suka bermain kartu
dengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
Cukup Dengan 1 user ID sudah bisa bermain 7 Games.
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Post a Comment